Banjir
adalah salah satu bencana alam yang rutin terjadi setiap tahun di
Indoenesia, yang sering memakan korban yang tidak sedikit, baik jiwa,
harta maupun sarana dan prasarana bagi kehidupan masyarakat termasuk
jalan dan jembatan.
Banjir
dan hujan lebat biasanya terkait dengan datangnya musim hujan, yang
biasanya dimulai dari bulan Oktober sampai dengan Maret tahun
berikutnya. Namun pola itu tampaknya sekarang sudah berubah, Tahun 2010
yang baru saja kita tinggalkan, hujan jatuh di musim yang seharusnya
kemarau, yaitu bulan April sampi September. Hujan praktis turun
sepanjang tahun, mengakibatkan banyak gagal panen, termasuk cabai yang
harganya mencapai Rp. 150 ribu per kg.
Para
ahli menyatakan penyebabnya banyak, antara lain karena pemanasan global
(global warming), pengaruh angin El Nino dan angin La Nina, karena
rusaknya hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest) di Baezail dan
Indonesia, dua negra yang mempunyai hutan terluas di dunia.
Salah
satu akibat dari pemanasan global ini, adalah mencairnya es abadai yang
ada di Kutub Utara dan Selatan, sebagaimana yang terjadi banjir di
Jerman. Es abadai yang ada di Puncak Jaya Provinasi Papua juga
dilaporkan sudah menyusut drastic akibat pemanasan golabal Pemanasan global dapat menyebabkan permukaan laut naik cukup tinggi. Sekitar 4.000 dari 17.500 pulau di Indonesia akan lenyap jika permukaan laut naik dua meter.
Saya
telah browsing di Google tentang bencana banjir di seluruh Indonesia.
Hasilnya memang sudah diduga, bahwa tidak ada satu-pun dari 33 Provinsi
yang bebas banjir, Semua provinsi mulai dari Nangroe Aceh Darussalam
sampai Provinsi Papua, mengalami banjir. Tidak hanya sekali,
berkali-kali bahakan banyak yang terjadi setiap tahun.
Tapi
kalau saya sajikan semuanya, tentau akan sangat melelahkan dan
membosankan untuk membacanya. Artikel ini adalah Bagian Pertama, yaitu
provinsi-provinsi di Pulau Sumatera ditambah Jawa Barat dan Jakarta.
Sisanya akan disajikan dalam Bagian Kedua.
Aceh
Beberapa
kabupaten di Nangroe Aceh Darussalam pada akhir 2006 dihantam banjir
bandang dan longsor. Dari pantauan udara terlihat bahwa sejumlah
kabupaten, seperti Aceh Tamiang dan Gayu Lues tergenang. Sebagian besar
permukiman warga sudah tidak bisa ditunggui karena tingginya genangan
air. Mereka terpaksa mengungsi.
Sementara itu di hulu sungai, kayu-kayu gelondongan berserakan di tengah
lautan banjir di kawasan Aceh Tamiang. Setelah kawasan ini dihantam
banjir bandang, puluhan orang kehilangan nyawa. Sejumlah pejabat saat
itu mengakui banjir bandang dan tanah longsor ini disebabkan karena
kawasan hutan hulu sungai di Taman Nasional Gunung Leuser sudah rusak.Kondisi serupa terjadi di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara pertengahan Oktober 2005. Banjir bandang bercampur lumpur, batu, dan kayu telah menghantam permukiman penduduk setelah dua hari berturut-turut dilanda hujan lebat. Saat itu tercatat 65 korban jiwa/ dan puluhan luka-luka. Ribuan warga harus mengungsi setelah rumah mereka hancur digerus banjir sehingga tidak bisa lagi dihuni. Bahkan sejumlah desa dipenuhi lumpur bercampur batu dan kayu gelondongan yang sengaja ditebang.
Medan
Sungai Deli meluap akibat hujan deras yang terus mengguyur Medan sehingga tidak dapat menampung debit air. Luapan itu juga diduga akibat banjir kiriman dari arah hulu sungai sepanjang 71 kilometer tersebut. Ketinggian air di kawasan Sungai Deli, terutama di Kelurahan Aur, Kampung Baru dan kelurahan Sei. Mati mencapai 1 meter. Sementara di bantaran Sungai Babura mencapai 45 cm. Namun di beberapa tempat, terutama yang berada persis di tepian sungai air terlihat hingga bubungan atap rumah warga.
Banjir tidak hanya menggenangi pemukiman warga di kawasan bantaran sungai. Sejumlah kawasan juga terendam banjir seperti di Kecamatan Sunggal, Maimun, Polonia, Marelan dan Kecamatan Tuntungan. Ketinggian air di pemukiman warga rata-rata 30 cm. Sejumlah jalan protokol seperti Jl. Krakatau Ujung, Jl. Keretaapi dan Jl. Letda Sujono juga sempat terendam banjir pada Rabu malam. Air mulai surut menjelang Kamis pagi.
Palembang
Banjir
melanda Palembang, Sumatera Selatan kembali merendam ratusan tempat
tinggal warga termasuk rumah milik mantan Gubernur Sumatera Selatan
Syahrial Osman. Hal itu karena hujan terus menerus mengguyur Palembang
sejak Rabu kemarin malam hingga siang tadi. Akibatnya, ratusan rumah di
Kecamatan Ilir Timur Dua dan Sekip Jaya terendam banjir setinggi
setengah meter.
Banjir
telah menenggelamkan ribuan rumah warga di tiga kecamatan, di Kabupaten
Musi Rawas, Sumatera Selatan. Hingga , Rabu (24/2/10 Ribuan rumah warga
yang terendam berlokasi di Kecamatan Muara Kelingi, Ulu Cecar, dan
Muara Lakitan. Selain pemukiman, ribuan hektar lahan pertanian dan
perkebunan juga dipastikan gagal panen. Hingga hari kelima, sebagian
warga memilih bertahan di atap rumahnya, dan belum ada yang mengungsi.
Bengkulu
Asisten II Pemerintah Provinsi Bengkulu Fauzan Rahim menginformasikan jika banjir tidak hanya terjadi di Desa Cakra. Tapi juga di Desa Mulyamakmur Kecamatan 14 Koto SP 7 Muko-muko karena Sungai Majunto meluap. Banjir mengakibatkan transportasi Lais- Muko-muko terganggu. Banjir di Desa Urai setinggi 1 Meter, juga memenuhi badan jalan dan tidak dapat dilewati. Sepuluh rumah terendam banjir dan puluhan warga terpaksa dievakuasi. Banjir juga melanda daerah Batiknau Kecamatan Lais hingga merendam 25 rumah, di Desa Bintunan merencam 25 rumah.
Jakarta
Hujan Agustus 2010 telah meluruhkan Jakarta. Tak usah bicara soal Kalibata, Bukit Duri, dan Bidara Cina. Di sana sih banjir benar-benar sudah langganan. Sekarang, segitiga emas pun belepotan. Sentra bisnis di jalan Sudirman (Bendungan Hilir, Semanggi, Dukuh Atas), Kuningan, serta seputaran Sarinah-Sabang-Thamrin tenggelam. Kelapa Gading hanya menyisakan atap rumah dan lampu jalan. Listrik mati dan air ledeng mampet. 70 ribu sambungan telepon putus. Jakarta seperti rawa-rawa purba. Lebih dari dua per tiga wilayahnya terendam.
Di tiga lokasi PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), aktivitas lumpuh. KBN Tanjung Priok dan Marunda memang tidak tergenang air. Tapi, akses jalan menuju ke sana terendam air sepinggang orang dewasa. Tiga hari, belasan ribu karyawan yang bekerja di sana diliburkan. KBN Cakung lebih parah lagi. Sejak Jumat (2 Februari), kawasan industri ini tergenang. Jalan tol di depannya juga ikut terendam dalam. Seminggu tak cukup untuk membuat air surut. Mungkin baru Senin ini pabrik-pabrik di sana mulai beroperasi. Pasti itu pun tidak semua. Pasti kebanyakan karyawan hanya bekerja separuh hari. ”Pabrik-pabrik masih dibersihkan. Mudah-mudahan listrik tetap menyala,” ujar Hartono, Humas PT KBN.
Sunter—sentra industri otomotif nasional—lumpuh sepekan. 100 mobil Toyota tenggelam. Menurut Bambang Trisulo, Di Pulogadung, mesin-mesin juga menggigil dalam banjir. Jumat, 2 Februari, kawasan industri ini sudah digenangi air. Senin, air mulai surut, tapi listrik belum menyala. Akhirnya beberapa perusahaan memilih memulangkan karyawannya. Banyak karyawan yang malah sengaja tidak bekerja hingga akhir pekan silam gara-gara rumah mereka kebanjiran. Senin ini, mereka dihadapkan dengan pekerjaan yang menumpuk setelah 10 hari absen.
Tanggal 25 Oktober 2010 transportasi di Jakarta lumpuh (hampir total) karena hujan deras yang mengakibatkan banjir yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan di mana-mana. Perjalanan dari Kuningan ke Kelapa Gading yang biasanya hanya memakan waktu satu jam berubah menjadi tiga jam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar